Sejumlah Saham Lesu Sore Ini
Jakarta, CNN Indonesia –
Sejumlah saham emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengalami tekanan pada perdagangan Senin (24/2) sore.
Contohnya saja, saham PT Financial institution Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI mencatatkan penurunan sebesar 2,33 persen ke degree 4.200, diikuti oleh PT Financial institution Mandiri (Persero) Tbk yang melemah 0,99 persen ke degree 5.025.
Sementara itu, saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk pun terkoreksi 1,89 persen ke degree 2.600 sore ini, lalu saham PT Vale Indonesia Tbk pun menurun hingga 3,61 persen ke degree 2.940 di penutupan sore ini.
IKLAN
Gulir untuk melanjutkan konten
Pelemahan saham-saham BUMN ini terjadi di tengah peluncuran Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara), lembaga pengelola dana investasi negara yang bertujuan mengoptimalkan aset BUMN dan meningkatkan daya saing ekonomi nasional.
Sejumlah analis menilai bahwa meskipun Danantara memiliki potensi positif, pelaksanaannya menimbulkan beberapa kekhawatiran yang turut mempengaruhi sentimen pasar.
Head of Buyer Literation and Training Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi menilai jika melihat dampak ekonomi secara luas, Danantara memiliki potensi yang besar.
Ia menjelaskan Danantara ditargetkan berkontribusi pada pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) hingga 8 persen pada 2029. Selain itu, katanya, sektor utama yang menjadi fokus Danantara adalah energi terbarukan sebesar 40 persen, infrastruktur virtual 25 persen, dan ketahanan pangan 15 persen.
Program ini juga melibatkan 15 hingga 20 proyek besar yang diharapkan dapat menyerap tenaga kerja dalam negeri.
Tak hanya itu, Audi juga menyoroti Danantara memiliki ambisi untuk menjadi salah satu Sovereign Wealth Fund (SWF) terbesar di dunia. Jika berhasil, kehadiran Danantara dapat meningkatkan kepercayaan investor world terhadap Indonesia dan memperkuat ekonomi nasional.
Namun, ia menekankan ada sejumlah tantangan yang perlu diperhatikan, terutama terkait tata kelola dan transparansi.
“Meski demikian, kami juga melihat adanya beberapa tantangan, khususnya terkait tata kelola yang menjadi kunci investor dalam melakukan kontrol untuk tetap menjaga transparansi serta akuntabilitas,” jelasnya kepada CNNIndonesia.com, Senin (24/2).
Selain itu, Audi juga mengingatkan jika optimalisasi aset BUMN melalui Danantara tidak sesuai dengan ekspektasi, maka hal ini dapat berdampak negatif bagi pasar.
Ia melihat ada beberapa faktor lain yang saat ini menekan saham BUMN, antara lain kinerja keuangan 2024 yang masih tertekan, kebijakan financial institution sentral yang diperkirakan masih mempertahankan suku bunga tinggi, serta kekhawatiran daya beli masyarakat yang melemah.
Lebih lanjut, Audi juga menyoroti salah satu kekhawatiran investor terkait Danantara adalah pengelolaan dividen emiten BUMN. Jika tidak dikelola dengan baik, hal ini bisa menjadi hambatan bagi pertumbuhan emiten ke depan.
Selain itu, ada juga risiko sentralisasi Danantara yang dikhawatirkan tidak berjalan efektif, sehingga justru menghambat kinerja perusahaan BUMN di masa mendatang.
“Kami meyakini tata kelola yang baik dan juga tata kelola yang terstruktur akan mendorong pendapatan emiten dalam Danantara itu sendiri,” tambahnya.
Sementara itu, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuabi menilai dampak dari peluncuran Danantara terhadap saham BUMN tidak langsung terlihat hari ini. Menurutnya, hampir semua saham yang terkait dengan Danantara mengalami koreksi, namun masih dalam batas yang wajar.
Ia menjelaskan kondisi world juga turut memengaruhi pergerakan saham saat ini. Ketidakpastian akibat perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, serta ketegangan perdagangan dengan Eropa, Kanada, dan Meksiko, masih menjadi faktor yang membayangi pergerakan pasar saham world, termasuk Indonesia.
“Karena kondisi world yang masih bergejolak, wajar jika saat Danantara diluncurkan, saham-saham yang terkait belum menunjukkan dampak positif. Kemungkinan besar, efek dari Danantara baru akan terlihat dalam beberapa minggu ke depan,” jelasnya.
Ibrahim menambahkan saat ini pasar masih terbawa oleh euforia ketidakpastian ekonomi world, sehingga dampak dari peluncuran Danantara belum terasa secara langsung.
Ia menilai dalam jangka pendek, pergerakan saham BUMN masih akan dipengaruhi oleh faktor eksternal, sementara dampak dari Danantara baru akan terlihat dalam jangka menengah hingga panjang.
“Sehingga wajarlah pada saat Danantara diluncurkan ini tidak berdampak positif terhadap saham-saham di bawahnya. Terutama adalah yang masuk dalam Danantara,” tutur Ibrahim.
(Bagian/Harga)