Thomas Schmidheiny, Wealthy Rp123 t dari semen 'Sale'
Jakarta, CNN Indonesia –
Banyak orang mungkin akrab dengan merek semen Holcim. Tapi mungkin tak banyak orang yang tahu dengan nama Thomas Schmidheiny.
Padahal, Thomas merupakan sosok besar yang berada di balik kesuksesan Holcim. Thomas juga berhasil kaya raya berkat produsen semen bermerek Holcim tersebut.
Forbes mencatat, Thomas Schmidheiny memiliki kekayaan US$7,6 miliar in step with Sabtu (8/2) kemarin. Kalau ditotal pakai rupiah dengan kurs Rp16.275 in step with dolar AS, kekayaan itu tembus Rp123,69 triliun.
IKLAN
Gulir untuk melanjutkan konten
Harta itu membuatnya jadi orang terkaya nomor 399 dunia.
Siapa sebenarnya Thomas Schmidheiny dan bagaimana sebenarnya dia bisa sekaya itu?
Mengutip berbagai sumber, Thomas Schmidheiny merupakan taipan asal Swiss kelahiran 17 Desember 1945.
Ayahnya bernama Max Schmidheiny. Max adalah seorang pebisnis bahan bangunan seperti batu bata, semen. Ia juga dikenal sebagai politikus, dan dermawan Swiss.
Tidak banyak kisah yang bisa digali dari kehidupan masa kecil Thomas Schmidheiny selain latar belakang keluarganya. Yang pasti, karena berasal dari keluarga pengusaha, Thomas tumbuh dan berkembang dengan baik.
Ia memiliki akses terhadap pendidikan dan peluang terbaik. Tercatat, ia meraih gelar sarjana dari ETH Zurich, gelar MBA dari IMD Trade Faculty Swiss, dan meraih gelar doktor dari Tufts College.
Sedang berkaitan dengan bisnis, perjalanan sukses Thomas dimulai saat ayahnya melakukan konsolidasi bisnis perusahaan.
Konsolidasi dilakukan dengan membagi perusahaan ke dirinya dan saudaranya Stephan Schmidheiny demi memastikan bahwa kedua cabang usahanya memiliki otonomi untuk fokus pada bidang keahlian masing-masing.
Dalam konsolidasi bisnis ini, Thomas mewarisi pemasok semen dan beton Holcim, sementara saudaranya Stephan mengambil alih pemasok beton Eternit.
Konsolidasi bisnis yang dilakukan sang ayah ini menandai babak baru dalam kehidupan Thomas. Tak ingin menyia-nyiakan kepercayaan yang diberikan sang ayah, Thom langsung tancap gasoline.
Ia memodernisasi dan melakukan inovasi dalam proses produksi semen sehingga hasilnya menjadi lebih berkualitas. Ia juga melakukan ekspansi bisnis perusahaan ke pasar internasional, salah satunya Eropa Timur.
Di bawah kendali Thomas, Holcim tumbuh menjadi produsen semen terbesar dunia pada 1986.
Ledakan konstruksi di Spanyol sebelum Olimpiade Musim Panas 1992, makin membuat Holcim berkibar.
Industri wine
Namun, kesuksesannya di bisnis semen tak membuat Thomas berpuas diri. Dengan memanfaatkan keuntungannya dari bisnis semen, untuk membangun pabrik wine.
Keputusan itu didukung penuh sang ibu. Pada 1979, ibunya bahkan menyarankan Thomas untuk berinvestasi dalam pembuatan wine di luar negeri.
Saran itupun diikutinya. Ia dan keluarganya membeli kebun anggur Cuvaison di Lembah Napa California. Keluarganya kemudian membeli Brandlin, sebuah kebun anggur di kawasan dekat Gunung Veeder yang terkenal dengan cabernetnya yang lezat.
Pabrik wine tersebut menghasilkan penjualan US$11 juta pada 2013. Moncernya penjualan tak lepas dari label top rate yang disematkan Thomas pada produksi winenya.
Kesuksesan itu tak terlepas dari kepiawaian Thomas. Meskipun wine adalah kesukaannya, ia tak mau main-main dalam bisnis ini. Ia tak ingin merugi
“Saya memiliki filosofi bahwa investasi yang kami lakukan harus menguntungkan. Kami memiliki sangat sedikit yang, dalam jangka panjang, tidak menguntungkan, dan hal yang sama juga terjadi pada anggur,” katanya seperti dikutip dari Bloomberg.
Kesuksesan dalam produksi wine ini ternyata berdampak juga ke bisnis semennya. Ia mendapatkan bonus.
Maklum, kebun wine membantunya menjalin hubungan dengan para eksekutif yang terlibat di bisnis semen. Salah satunya, Albert Frere, pemegang saham terbesar di Lafarge.
Lafarge adalah raksasa bangunan asal Prancis.
Sementara Albert Frere adalah pemilik sebagian Cheval Blanc, kebun anggur terkenal di wilayah Saint-Emilion di Bordeaux.
Hubungan ini kemudian menghasilkan kesepakatan bisnis besar. Pada 2014, Thomas melakukan merger antara Holcim dengan Lafarge.
Merger ini memiliki nilai setara hampir US$60 miliar.
Penggabungan tersebut melahirkan LafargeHolcim, perusahaan semen dan bahan bangunan terbesar di dunia dengan kapasitas produksi sebesar 427 juta ton in step with tahun.
Kapasitas ini jauh melebihi yang dimiliki produsen semen terbesar dunia saat itu Anhui Conch yang hanya 227 juta ton.
Berkat sepak terjang gemilang itu, Holcim makin tumbuh besar. Perusahaan telah berhasil menciptakan lapangan kerja bagi 63.448 orang sampai 2023.
Sementara berkaitan dengan aset, nilainya tembus US$52 miliar. Kegemilangan itulah yang membuat kekayaan Thomas melesat.
(AGT/BAC)