PNM mengajak para jurnalis untuk melihat secara langsung upaya pengentasan kemiskinan ekstrem bersama pemerintah di Banyuwangi.

PNM Ajak Jurnalis Saksikan Upaya Pengentasan Kemiskinan di Banyuwangi




Jakarta, CNN Indonesia

Pengentasan kemiskinan ekstrem menjadi prioritas utama pemerintah Indonesia dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG’s), terutama poin pertama mengenai ‘nol kemiskinan'.

Sejalan dengan komitmen ini, PT Permodalan Nasional Madani (PNM) mengambil peran strategis melalui program PNM Mekaar yang berfokus pada pemberdayaan ekonomi perempuan prasejahtera.

Sebagai bagian dari kampanye penghapusan kemiskinan, PNM mengajak sejumlah jurnalis untuk meninjau langsung kondisi lapangan di Banyuwangi, Jawa Timur, sebuah wilayah yang secara signifikan telah menekan angka kemiskinan ekstrem hingga tersisa 0,29%. Angka ini di bawah Provinsi Jawa Timur sebesar 0.66%, dan persentase Nasional 0.83%.

IKLAN

GULIR UNTUK MELANJUTKAN ISI

Rangkaian Journalist Adventure PNM 2024 ini menjadi kesempatan bagi para jurnalis untuk memahami lebih dalam tentang tantangan dan upaya yang dilakukan pemerintah bersama PNM dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat prasejahtera.

Dalam kegiatan ini, jurnalis berkesempatan untuk bertemu dengan salah satu lansia penerima manfaat program Rantang Kasih, Mbah Marinah, seorang nenek berusia 103 tahun yang setiap hari menerima makanan bergizi siap saji dari program tersebut.


Di samping itu, pada kesempatan ini nasabah PNM Mekaar bernama Ibu Sa’adi juga menjadi tujuan kunjungan rombongan. Awalnya Ibu Sa’adi merupakan pencari sapu lidi di hutan yang tinggal di Dusun Telemungsari, Kalipuro, Banyuwangi.

Di usianya yang sudah lanjut, Ia masih harus menjadi tulang punggung untuk mencukupi kebutuhan anak dan cucunya. Hingga akhirnya mengenal PNM Mekaar dan mengajukan pinjaman untuk membeli sayur pakis dari buruh tani di desa untuk selanjutnya dijual.

Berjuang dari nol, usaha Sa’adi kini melibatkan beberapa saudaranya untuk membantunya menyiapkan sayur pakis. Hasil usahanya mampu membawa cucunya duduk di bangku sekolah formal dan mencukupi kebutuhan keluarganya.

Direktur Utama PNM, Arief Mulyadi, mengungkapkan harapannya agar pemberian modal finansial, intelektual dan sosial lewat program PNM Mekaar dapat menjadi solusi bagi kelompok subsisten untuk menaikkan taraf hidupnya. Pembiayaan berbasis kelompok diyakini dapat mendorong social re-engineering, meningkatkan peran anggota kelompok untuk saling mendukung kemajuan usaha.

“Mereka yang naik kelas harus tetap ada di ekosistem ini. Kalau bisa yang besar menarik yang kecil,” tegasnya dalam keterangan tertulis, Senin (30/9).

Sistem kelompok merupakan cerminan dari budaya gotong royong masyarakat Indonesia sehingga penting bagi seluruh nasabah PNM Mekaar untuk selalu menjaga kekompakan.

Sejak diluncurkan pada 2015, PNM telah memberikan pendampingan kepada lebih dari 20 juta ibu-ibu di seluruh Indonesia. Setelah bergabung dengan Preserving Extremely Mikro, layanan inklusi keuangan yang diberikan semakin variatif.

“Sudah 1,7 juta nasabah PNM yang improve ke BRI atau Pegadaian. Kami membantu 400 ribu pimpinan grup (nasabah PNM Mekaar) menjadi Agen BRILink Mekaar agar pendapatannya meningkat,” tambahnya.

Di sisi lain, Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi, Arif Budimanta, turut memberikan apresiasi terhadap upaya PNM Mekaar. Menurutnya, keragaman anggota kelompok mendorong munculnya pembelajaran sehingga bisa bersama-sama memajukan kehidupan.

“Karena berbasis kelompok pesertanya beragam ada yang dari kelompok miskin ekstrem ada juga yang mungkin golongan menengah. Di sini terjadi pembelajaran. Yang sudah berani berusaha mereka yang berpendidikan menarik anggota kelompok lainnya,” jelasnya dalam Diskusi Media ‘Penghapusan Kemiskinan Ekstrem di Banyuwangi’ yang merupakan bagian dari rangkaian Journalist Adventure PNM 2024.

Ia pun menekankan bahwa strategi utama pemerintah dalam mengurangi kemiskinan ekstrem adalah melalui penurunan beban pengeluaran, peningkatan pendapatan lewat program pemberdayaan, serta perbaikan lingkungan di daerah kantong kemiskinan.

“Indonesia bukan hanya harus tumbuh tinggi, tapi juga inklusif, salah satunya dengan penghapusan kemiskinan ekstrem dan biasa,” pungkas Arif.

(rir)



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *