Lewat Pertamina Pertapreneur, Muria Batik Kudus Berdayakan Kaum Rentan
Jakarta, CNN Indonesia –
Yuli Astuti membuktikan bahwa melestarikan budaya bisa sejalan dengan pemberdayaan sosial. Yuli merupakan salah satu pemenang dalam Pertamina Pertapreneur Aggregator 2024.
Lewat emblem Muria Batik Kudus yang diirikan sejak 2005, Yuli tak hanya menghidupkan kembali batik khas Kudus yang nyaris punah, tetapi juga turut memberdayakan masyarakat di sekitarnya, terutama perempuan dan disabilitas.
“Saya ingin melatih mereka supaya bisa mandiri,” katanya disela-sela program Sustainability Implementation Mentoring bagi para Pemenang Pertapreneur Aggregator.
IKLAN
Gulir untuk melanjutkan konten
Menurut Yuli, batik Kudus sempat terancam punah karena tak ada generasi muda yang tertarik membatik. Karena itu, Yuli mendidik anak muda di sekitarnya untuk belajar menggunakan canting dan menghasilkan batik.
Upaya ini tak semudah membalik telapak tangan. Belasan tahun Yuki mendidik mereka sehingga bisa membatik.
Tak hanya itu, Yuli juga mendorong kemandirian perempuan sebagai pembatik di tempatnya. Mereka berlatih dan bekerja sambil tetap mengurus keluarga, sehingga bisa membuat batik dari rumah masing-masing.
“Waktu kerjanya sangat fleksibel agar mereka bisa menjaga keseimbangan antara kerja dan keluarga,” ucapnya.
Selain itu, Muria Batik Kudus juga melatih para disabilitas, anak-anak berkebutuhan khusus, dan kaum rentan seperti lansia. Yuli ingin usahanya menjadi rumah yang inklusif bagi mereka yang membutuhkan perhatian.
Saat ini Muria Batik Kudus telah menjadi aggregator bagi 10 usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), melibatkan 8 disabilitas, serta menjadi tempat permagakan bagi siswa SMK berkebutuhan khusus di wilayah Kudus. Kebanyakan UMKM itu bergerak di industri kreatif dan tekstil.
Inisiatif Yuli melestarikan batik Kudus dan menjadikan Muria Batik Kudus sebagai tempat usaha inklusif mengantarkan Yuli menjadi salah satu pemenang Pertamina Pertapreneur Aggregator 2024.
Di ajang tersebut, Muria Batik Kudus berhasil meraih dua penghargaan sekaligus, yakni juara 3 nasional dan kategori pemberdaya iInklusif, serta memperoleh hibah alat produksi senilai Rp70 juta dari Pertamina.
Yuli berceritq, dirinya beruntung bisa mengikuti Pertapreneur Aggregator 2024. Ia mendapatkan berbagai ilmu yang membuatnya bisa mengembangkan Muria Batik Kudus.
Didampingi mentor profesional, ia belajar strategi bisnis hingga cara berkolaborasi dengan UMKM lain. Yuli menargetkan bisa merangkul 10 hingga 15 UMKM lain.
Ia juga mendapatkan alat mengolah limbah yang membantunya bekerja lebih efektif dan efisien. Sebelumnya, ia mengolah limbah secara guide yang membutuhkan waktu lama. Pengolahan limbahnya kini menjadi lebih cepat.
“Limbah kami sekarang tidak mencemari lingkungan dan bisa digunakan lagi.”
Kini, produk Muria Batik Kudus telah merambah ke mancanegara. Muria Batik Kudus telah melayani konsumen di Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, hingga Thailand.
Sebagai informasi, Pertamina Pertapreneur Aggregator merupakan program untuk mencetak UMKM aggregator yang membantu usaha kecil lain agar bisa naik kelas. Para pesertanya merupakan lulusan program pendampingan Pertamina, UMK Academy.
VP Company Verbal exchange PT Pertamina (Persero), Fadjar Djoko Santoso, mengatakan program ini merupakan bentuk nyata komitmen Pertamina dalam mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif melalui pemberdayaan UMKM.
Fadjar menambahkan. Pertamina percaya kunci pertumbuhan ekonomi berkelanjutan adalah kolaborasi dan keberpihakan pada kelompok rentan.
“Inisiatif seperti Muria Batik Kudus menjadi contoh inspiratif bagaimana pelestarian budaya lokal bisa sejalan dengan inklusi sosial dan pemberdayaan ekonomi,” ujarnya.
Lebih lanjut, Fadjar menegaskan bahwa dukungan terhadap UMKM juga merupakan bagian dari kontribusi Pertamina dalam mendukung Asta Cita Pemerintahan Presiden Prabowo khususnya poin ketiga, yakni menciptakan lapangan kerja yang berkualitas, mendorong kewirausahaan, dan mengembangkan industri kreatif nasional yang berdaya saing tinggi.
(Ory/Ory)