Ekspor Batu Bara RI Anjlok, CPO dan Turunan Melambung consistent with Mei 2025
Jakarta, CNN Indonesia –
Badan Pusat Statistik (Bps) mencatat nilai ekspor batu bara anjlok 19,10 persen secara tahunan pada periode Januari-Mei 2025.
Artinya, nilai ekspor emas hitam itu turun dari US$12,68 miliar ke US$10,26 miliar.
“Nilai ekspor batu bara turun 19,10 persen secara kumulatif,” ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini dalam konferensi pers, Selasa (1/7).
IKLAN
Gulir untuk melanjutkan konten
BPS mencatat quantity ekspor batu bara turun 4,65 persen ke 156,37 juta ton sepanjang Januari-Mei 2025 dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sementara, rerata harga batu bara turun 15,19 persen ke US$65,66 consistent with ton dari US$77,42 consistent with ton.
Sebaliknya, nilai ekspor CPO dan turunannya justru melonjak 27,89 persen ke stage US$8,9 miliar pada periode Januari-Mei 2025 dari US$6,96 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
“Nilai ekspor CPO dan turunannya naik 27,89 persen secara kumulatif,” katanya.
Quantity ekspor CPO tercatat naik 3,58 persen dari 8,01 juta ton menjadi 8,3 juta ton sepanjang Januari-Mei 2025.
Rata-rata harga CPO juga naik 23,56 persen dari U$870,99 consistent with ton menjadi US$1.076,17 consistent with ton.
BPS mencatat nilai ekspor kumulatif sepanjang Januari-Mei 2025 sebesar US$111,98 miliar, naik 6,98 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar US$104,67 miliar.
Rinciannya nilai ekspor migas sebesar US$6,67 miliar dan non migas US$106,06 miliar.
Berdasarkan sektornya, sambung Pudji, peningkatan nilai ekspor non migas terjadi di sektor industri dan pertanian.
“Sektor industri pengolahan menjadi pendorong utama atas meningkatnya ekspor non migas dalam periode Januari-Mei 2025,” katanya.
Adapun neraca perdagangan Indonesia masih surplus pada Mei 2025 sebesar US$4,30 miliar.
Surplus kali ini ditopang oleh komoditas nonmigas yang surplus US$5,83 miliar. Beberapa komoditas penyumbang surplus terbesar adalah lemak dan minyak hewani atau nabati (HS15), bahan bakar mineral (HS27), serta besi dan baja (HS72).
“Neraca perdagangan Indonesia telah mencatat surplus selama 61 bulan berturut-turut sejak Mei 2020,” ujar Pudji.
(FBY/SFR)