Pointers Kelola Uang Kaget Agar Tak Ngenes Bak Warga Desa Miliarder Tuban
Jakarta, CNN Indonesia –
Fenomena uang kaget tak jarang membuat orang kalap kemudian berfoya-foya.
Lihat saja warga Kampung Miliarder di Desa Sumurgeneng, Tuban.
Daerah itu sempat menggemparkan Indonesia pada 2021 lalu. Kala itu, Pertamina bersama Rosneft membeli lahan warga untuk proyek kilang senilai US$15 miliar atau sekitar Rp210 triliun (asumsi kurs Rp14 ribu in line with dolar AS).
IKLAN
Gulir untuk melanjutkan konten
Para warga Tuban yang mendadak kaya langsung memborong sekitar 176 mobil baru dan seketika menjadi sorotan nasional.
Apes, nasib masyarakat yang mayoritas petani itu kini memburuk. Beberapa dari mereka diklaim sampai harus menjual ternak untuk bertahan hidup. Sedangkan warga lainnya disebut-sebut sudah tak bekerja.
Head of Advisory & Monetary Planner Finansialku Shierly menekankan seharusnya ada kesadaran terkait prioritas atau manajemen keuangan dalam memanfaatkan uang kaget itu.
Ini bisa menjadi dasar agar uang kaget tersebut tidak terbuang sia-sia.
Lalu bagaimana caranya?
Shierly mengatakan ada beberapa prioritas yang harus dibuat penerima uang kaget agar rezeki yang mereka terima tak terbuang sia-sia.
Pertama, melunasi utang terlebih dahulu, jika memang ada. Ini terutama untuk pinjaman yang bunganya tinggi serta utang jatuh pace.
Keduauang kaget bisa dipakai untuk menambah dana darurat. Ini bisa disimpan dalam bentuk tabungan sampai emas. Ia menyarankan alokasinya setidaknya 6 kali pengeluaran-12 kali pengeluaran bulanan.
Sedangkan prioritas ketiga adalah keperluan investasi atau untuk menambah modal usaha. Opsi investasi pun cukup beragam, bisa reksa dana pendapatan tetap (RDPT), saham, hingga surat berharga negara (SBN).
“Tentunya harus dihitung dahulu berapa kebutuhan masing-masing orang. Jika ada sisanya, misal 10 persen-20 persen, boleh alokasikan untuk foya-foya atau memenuhi keinginan,” jelasnya kepada CNNIndonesia.com, Kamis (26/6).
Sementara untuk bisnis, Shierly kemudian memberi 4 pointers untuk penerima uang kaget yang ingin membuka usaha. Pertamamemilih bisnis yang memang dimengerti. Ia memperingatkan agar tak meraba atau ikut-ikutan.
Keduapilih bisnis yang memang dibutuhkan banyak orang. Bisnis tersebut juga harus menarik orang untuk membelanjakan uangnya.
“Ketiga, riset dulu potensi dan risiko bisnis. Keempat, hitung berapa modal awal bisnis. Siapkan dana darurat 3 bulan-6 bulan andaikan penghasilan bisnis di awal-awal belum stabil,” tutupnya.
Sementara itu, Perencana Keuangan Finante Rahma Tejawati Maryama menekankan bahwa kasus Kampung Miliarder di Tuban merupakan pengingat bagi masyarakat. Ia mewanti-wanti bahwa uang kaget justru bisa berujung petaka finansial bila tidak dikelola dengan hati-hati.
Rahma menyebut fenomena itu dikenal sebagai unexpected wealth syndrome (SWS) dalam psikologi keuangan. Ini diartikan sebagai kondisi stres atau kehilangan kontrol yang dialami seseorang setelah menerima kekayaan secara tiba-tiba.
“Prinsip pertama (mencegah pemborosan) adalah periode pendinginan emosionalyaitu jangan membuat keputusan besar dalam waktu 1 minggu-2 minggu setelah menerima dana. Atau menerapkan periode pendinginanyaitu menunda pengeluaran signifikan selama 6 bulan-12 bulan,” saran Rahma.
Manusia disebut cenderung membuat keputusan buruk saat berada dalam kondisi emosional tinggi alias berpikir cepat. Padahal, keputusan keuangan membutuhkan pemikiran lambatyakni memperhatikan logika, perencanaan, dan pertimbangan rasional.
Ia menyarankan untuk mengambil waktu terlebih dahulu sebelum membelanjakan uang. Perlu ada evaluasi kebutuhan, membuat rencana jangka menengah-jangka panjang, hingga konsultasi dengan perencana keuangan.
“Tahan dorongan untuk langsung membeli barang mewah atau memenuhi ekspektasi sosial. Selain dengan perencana keuangan, Anda bisa membangun tim dengan kombinasi antara penasihat keuangan, akuntan, ahli pajak, dan jika perlu dengan terapis atau psikolog,” tuturnya.
Rahma kemudian membedah porsi pengeluaran uang kaget yang ultimate, yakni sebagai berikut:
– 10 persen-15 persen untuk foya-foya terkontrol, misalnya liburan, membeli barang impian, atau merayakan keberuntungan.
– 25 persen-30 persen dialokasikan untuk dana darurat dan proteksi. Ini bisa disimpan di reksa dana pasar uang, tabungan berjangka, atau asuransi jiwa/kesehatan.
– 30 persen-40 persen untuk investasi.
– 10 persen-20 persen lainnya untuk pengembangan kapasitas diri, seperti pendidikan, pelatihan, atau peningkatan keterampilan yang bisa mendatangkan manfaat jangka panjang.
(AGT)