Dosen UB Kurangi Angka Pengangguran Lewat “Jagoan Banyuwangi
Jakarta, CNN Indonesia –
Konsep inkubasi bisnis “Jagoan Banyuwangi” yang diinisiasi oleh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Brawijaya Malang, Dias Satria, sukses membantu ribuan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) hingga memberi dampak pengurangan angka pengangguran.
Program Jagoan Banyuwangi yang terdiri dari Jagoan Tani, Jagoan Virtual, dan Jagoan Bisnis, merupakan program inkubasi pengembangan usaha anak muda di bidang pertanian, bisnis, dan digitalisasi (startup).
Setelah mendaftarkan diri, baik individu maupun kelompok minimum dua orang, mereka lalu menerima mentoring dan pendampingan, termasuk strategi membuat bisnis surveillance, membangun jejaring, hingga diajak membuka peluang pasar. Selain itu, UMKM peserta Jagoan Banyuwangi juga mendapatkan bantuan modal usaha.
IKLAN
Gulir untuk melanjutkan konten
Dias Satria menjelaskan, program Jagoan Banyuwangi berbeda dari program pelatihan bisnis anak muda lain. Jagoan Banyuwangi memilih menerapkan kurikulum bisnis yang biasa digunakan di luar negeri, seperti di Harvard College atau Stanford College, dengan pendekatan style partisipatif, Lego Severe Play, board recreation, dan permainan-permainan untuk mengajarkan bisnis.
“Program ini dirancang dengan pendekatan kolaboratif lintas sector dengan membuka ruang sinergi strategis dengan berbagai lembaga negara, mulai dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hingga Financial institution Indonesia (BI),” kata Dias.
Masing-masing institusi itu memainkan peran sesuai kewenangan, seperti Kemenkeu yang terlibat melalui fasilitas pembiayaan extremely mikro dari Pusat Investasi Pemerintah (PIP), edukasi perpajakan bagi pelaku usaha, serta dukungan bea cukai untuk mengakses ekspor dan impor.
Dias menekankan, keberlanjutan program di daerah lain sangat bergantung pada komitmen kepala daerah setempat. Banyuwangi sendiri hingga kini tetap menjadi yang paling maintain, berkat dukungan konsisten dari berbagai pihak.
“Ketika kepemimpinan berganti, seringkali program berhenti. Padahal membangun ekosistem butuh waktu,” ujarnya.
Saat ini, program Jagoan Banyuwangi juga telah diaplikasikan di daerah lain dengan nama yang disesuaikan, termasuk Blitar dengan nama Cah Preneur, Kediri dengan Pehneur Kediri, Lamongan dengan Meg Preneur, serta Semarang melalui Kita Tani Muda.
(Rea/rir)