Ekonom INDEF Prediksi Pertumbuhan Ekonomi 2025 Tak Tembus 5 Persen
Daftar Isi
Jakarta, CNN Indonesia –
Institute for Construction of Economics and Finance (INDEF) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tak akan sampai 5 persen meski sudah direvisi turun oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Sri Mulyani menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025, dari 5,2 persen menjadi 4,7 persen-5 persen. Sementara itu, Direktur Eksekutif INDEF Esther Sri Astuti meyakini realisasinya bakal lebih rendah.
“Menteri Keuangan (Sri Mulyani) sudah menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi itu dikoreksi. Tadinya, targetnya 5,2 persen menjadi 5 persen. Tentunya, realitasnya akan lebih rendah, kemungkinan akan lebih rendah,” beber Esther dalam Kajian Tengah Tahun (KTT) INDEF 2025 by the use of Zoom, Rabu (2/7).
IKLAN
Gulir untuk melanjutkan konten
Alasannya, Esther melihat bagaimana defisit APBN 2025 juga melebar dari semula ditetapkan hanya 2,53 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) alias Rp616,2 triliun menjadi ke 2,78 persen atau setara Rp662 triliun.
Defisit yang semakin lebar bakal ditutup dengan pinjaman. Dengan kata lain, utang Indonesia pada tahun pertama kepemimpinan Prabowo bengkak.
Esther mencatat porsi utang tersebut menembus 40 persen dari PDB.
“Tentu hal ini tidak hanya sekadar tekanan fiskal, tetapi punya Efek Pengganda yang sangat luar biasa. Kalau kita cermati lagi, ternyata belanja non-kementerian/lembaga (Okay/L) dan switch ke daerah (TKD) pun berkurang. Tentu hal ini tidak hanya dirasakan dalam tataran stage nasional, tetapi juga ke daerah. Jadi, punya dampak yang luar biasa,” jelasnya.
“Kalau pemerintah terus-menerus mengeluarkan kebijakan yang sifatnya kontraksi, maka saya takut pertumbuhan ekonomi 8 persen (di 2029) hanyalah mimpi belaka,” sambung Esther.
Ia juga menyarankan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto tidak cuma mengeluarkan Kebijakan Paracetamol. Menurutnya, kondisi ekonomi memang tidak baik-baik saja.
Esther meminta pemerintah selaku pembuat kebijakan tidak menutup-nutupi hal tersebut.
Esther menegaskan setiap kebijakan yang dibuat Prabowo Dkk harus berdasarkan information dan analisis, bukan asal-asalan atau cuma ingin populer.
“Kalau kita lihat, ekonomi sedang tidak baik-baik saja. Kalau pembuat kebijakan mengatakan baik-baik saja karena kondisi tariff Trump (tarif resiprokal Presiden AS Donald Trump), perang dagang 2.0, ya itu namanya Kebijakan Paracetamol. Artinya, meredakan sakit, tapi tidak mengobati penyakitnya,” kritiknya.
Pemerintah dalam APBN 2025 sejatinya mematok pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2 persen. Tapi baru-baru ini, goal tersebut direvisi turun. Berikut rinciannya.
Asumsi makro di sisa 2025:
A. Pertumbuhan Ekonomi
– APBN 2025: 5,2 persen
– Proyeksi semester II: 4,7 persen-5 persen
– Outlook 2025: 4,7 persen-5 persen
b. Inflasi
– APBN 2025: 2,5 persen
– Proyeksi semester II: 2,2 persen-2,6 persen
– Outlook 2025: 2,2 persen-2,6 persen
c. Suku bunga SBN 10 tahun
– APBN 2025: 7 persen
– Proyeksi semester II: 6,8 persen-7,3 persen
– Outlook 2025: 6,8 persen-7,3 persen
D. Nilai Ubah
– APBN 2025: Rp16 ribu
– Proyeksi semester II: Rp16.300-Rp16.800
– Outlook 2025: RP16.300-RP16.800
e. Harga minyak mentah Indonesia (ICP)
– APBN 2025: US$82 consistent with barel
– Proyeksi semester II: US$66-US$94 consistent with barel
– Outlook 2025: US $ 68-US $ 82 consistent with barel
f. Lifting minyak
– APBN 2025: 605 ribu barel consistent with hari
– Proyeksi semester II: 593 ribu-597 ribu barel consistent with hari
– Outlook 2025: 593 ribu-597 ribu barel consistent with hari
G. Mengangkat fuel
– APBN 2025: 1.005 ribu barel setara minyak consistent with hari
– Proyeksi semester II: 976-980 ribu barel setara minyak consistent with hari
– Outlook 2025: 976-980 ribu barel setara minyak consistent with hari
(SKT/AGT)