Financial institution Dunia Desak Negara Berkembang Transparan soal Utang, Ada Apa?
Jakarta, CNN Indonesia –
Bank Dunia bersikeras negara berkembang serta pemberi pinjaman transparan tentang Utang.
Hal itu mereka minta demi mencegah krisis di masa depan.
Financial institution Dunia ingin negara berkembang menyampaikan informasi utang baru mereka secara lengkap karena semakin banyak negara yang terlibat dalam kesepakatan pinjaman di luar anggaran resmi akibat gejolak pasar world.
IKLAN
Gulir untuk melanjutkan konten
“Ketika utang tersembunyi terungkap, pendanaan mengering dan syarat-syarat menjadi semakin buruk,” kata Direktur Pelaksana Senior Financial institution Dunia Axel van Trotsenburg dalam sebuah pernyataan, dikutip Reuters, Kamis (20/6).
“Transparansi utang secara radikal, yang menjadikan informasi tepat waktu dan andal dapat diakses, adalah kunci untuk memutus siklus ini,” sambungnya.
Financial institution Dunia juga mendorong negara berkembang untuk melakukan reformasi hukum dan regulasi yang mewajibkan transparansi saat menandatangani kontrak pinjaman baru serta berbagi knowledge utang secara lebih rinci.
Financial institution juga menginginkan audit dilakukan secara lebih rutin, ketentuan restrukturisasi utang dipublikasikan, dan para kreditur membuka catatan pinjaman serta jaminan mereka.
Selain itu, Financial institution Dunia juga menyerukan penguatan alat pendeteksi pelaporan yang keliru bagi lembaga keuangan internasional.
Financial institution Dunia dan lembaga multilateral lainnya sebenarnya telah bertahun-tahun mendorong transparansi dalam praktek pemberian pinjaman. Proporsi negara berpenghasilan rendah yang melaporkan sebagian knowledge utang kini telah melampaui 75 persen, naik dari di bawah 60 persen pada 2020.
Namun, hanya 25 persen dari mereka yang mengungkapkan informasi secara rinci di tingkat pinjaman.
Sementara itu, biaya pembiayaan yang melonjak akibat perang dagang dan risiko geopolitik membuat semakin banyak negara yang menggunakan skema seperti switch financial institution sentral dan transaksi dengan jaminan yang memperumit pelaporan.
Misalnya Senegal telah menggunakan penempatan utang swasta saat bernegosiasi dengan Dana Moneter Internasional (IMF) terkait pelaporan yang tidak akurat atas utang sebelumnya.
Di Nigeria, financial institution sentral mengungkapkan pada awal 2023 bahwa miliaran dolar AS dari cadangan devisanya terikat dalam kontrak keuangan kompleks yang dinegosiasikan oleh kepemimpinan sebelumnya.
Financial institution Dunia menyatakan bahwa cakupan pinjaman yang lebih luas dan pengungkapan mendalam according to pinjaman akan memungkinkan komunitas internasional menilai sepenuhnya tingkat eksposur utang publik.
(FBY/AGT)