Financial institution Dunia Pangkas Proyeksi Ekonomi World Jadi 2,3 Persen pada 2025




Jakarta, CNN Indonesia

Bank Dunia memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia pada 2025 sebesar 2,3 persen.

Padahal Januari lalu, Financial institution Dunia meramal ekonomi international bisa tumbuh hingga 2,7 persen pada tahun ini.

Pemangkasan proyeksi ini dengan mempertimbangkan pemberlakuan tarif Amerika Serikat (AS) yang lebih tinggi, serta ketidakpastian yang meningkat sebagai dampak kebijakan itu.

IKLAN

Gulir untuk melanjutkan konten

Dalam laporan Prospek Ekonomi World yang dirilis Selasa (10/6), Financial institution Dunia menurunkan perkiraannya untuk hampir 70 persen negara, termasuk AS, China dan Eropa.

Analis Financial institution Dunia menilai tarif yang lebih tinggi dan ketidakpastian yang meningkat menimbulkan hambatan ekonomi yang signifikan bagi seluruh negara. Itu akan menjadi tingkat pertumbuhan paling lambat di luar resesi besar-besaran sejak 2008.



Financial institution Dunia juga menyebut dekade ini kemungkinan akan menjadi yang terlemah sejak 1960-an.

Kepala ekonom Financial institution Dunia Indermit Gill mengatakan kemajuan ekonomi selama beberapa dekade di negara-negara berkembang telah terhenti dalam beberapa tahun terakhir, dengan pertumbuhan investasi dan perdagangan melambat, dan utang menumpuk.

“Di luar Asia, negara-negara berkembang menjadi zona bebas pembangunan,” katanya.

Dalam laporan itu, Financial institution Dunia menulis pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang telah menurun selama tiga dekade, yakni dari 6 persen consistent with tahun pada periode 2000-an, menjadi 5 persen pada 2010-an, hingga kurang dari 4 persen pada 2020-an.

Financial institution Dunia lantas mendesak pemerintah untuk berunding guna mengakhiri ketegangan perang dagang, serta menyerukan negara-negara berkembang untuk membangun kembali keuangan publik mereka dengan memperluas foundation pajak mereka, dan melaksanakan reformasi dengan harapan dapat menarik investasi.

Ramalan Financial institution Dunia mengasumsikan tarif resiprokal (timbal balik) tinggi yang diumumkan Trump pada April tidak akan diberlakukan kembali. Financial institution tersebut mengatakan situasi dapat memburuk lebih jauh, jika tarif akhirnya malah dikenakan lebih tinggi dari yang diharapkan dan ketidakpastian terus berlanjut.

“Risiko terhadap prospek international tetap condong ke arah negatif,” katanya.

Sejak Januari lalu, Trump telah membuat banyak pengumuman pengenaan tarif impor nyaris ke seluruh negara mitra dagang, serta pungutan tinggi untuk komoditas tertentu seperti baja.

[Gambas:Video CNN]

(PTA)


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *