AS Kelabakan Gegara China Setop Logam Penting Ini Buntut Perang Tarif
Jakarta, CNN Indonesia –
Amerika Serikat (AS) tengah dibuat kelabakan setelah Cina memperketat ekspor logam tanah jarang (Bumi jarang), bahan baku important yang dibutuhkan untuk teknologi canggih seperti chip, pesawat tempur, kendaraan listrik, dan sistem pertahanan.
Langkah ini dinilai sebagai senjata ekonomi baru Beijing dalam perang dagang, terutama setelah Negeri Paman Sam terus memperluas pembatasan teknologi terhadap perusahaan China.
Logam tanah jarang selama ini jadi kartu truf China karena negara itu menguasai hampir 70 persen produksi world. Dengan menahan pengirimannya, China menekan balik AS yang selama ini mendikte perdagangan chip dan teknologi tinggi.
IKLAN
Gulir untuk melanjutkan konten
Situasi ini membuat pemerintahan Presiden Donald Trump kerepotan, apalagi ketika rantai pasok dalam negeri belum siap menggantikan peran China.
Langkah China ini juga disebut-sebut sebagai respons atas tindakan AS yang baru-baru ini kembali menekan sektor teknologi Beijing. Pemerintah AS melarang ekspor suku cadang mesin jet ke China, membatasi akses terhadap perangkat lunak desain chip, serta memberlakukan sanksi baru terhadap Huawei.
Washington menuding China tidak mematuhi kesepakatan dagang yang dibuat bulan lalu di Jenewa, salah satunya soal janji membuka keran ekspor logam tanah jarang.
“Pemerintah sedang memantau kepatuhan China terhadap perjanjian Jenewa, dan Presiden Trump akan berbicara langsung dengan Presiden Xi dalam waktu dekat,” kata Juru Bicara Gedung Putih Karoline Leavitt, melansir Bloomberg.
Ia juga menyebut AS kini sedang mempercepat upaya membawa kembali rantai pasok logam penting ke dalam negeri, termasuk produksi magnet dan bahan baku strategis lainnya.
Namun, mengganti China bukan perkara mudah. Meski AS berupaya memperkuat kerja sama dengan Australia dan menggandeng investor dari Timur Tengah, analis menyebut Amerika masih butuh waktu hingga satu dekade untuk bisa mandiri dari pasokan China.
Efek pembatasan China sudah mulai terasa. Pabrik Ford di Chicago terpaksa tutup sementara bulan lalu karena kekurangan komponen berbahan logam tanah jarang. Di sektor pertahanan, isu ini jadi pembahasan utama dalam konferensi industri penerbangan AS.
“Kekhawatiran terhadap pasokan logam tanah jarang sangat nyata,” kata analis rantai pasok Cory Combs.
Keterbatasan pasokan juga memengaruhi negara lain. Bajaj Auto, produsen skuter listrik terbesar India, memperingatkan produksi mereka bisa terganggu mulai Juli jika China tak segera mengirim logam penting tersebut.
Hingga kini, puluhan permohonan ekspor dari perusahaan India belum disetujui oleh pemerintah China.
Permintaan ekspor logam kini harus melalui izin resmi dari Kementerian Perdagangan China. Adapun proses ini dinilai tidak transparan dan sulit dipantau.
“Beberapa izin memang sudah keluar, tapi masih lambat,” ujar Presiden Kamar Dagang Amerika di China Michael Hart.
Situasi ini memperlihatkan ekspor logam tanah jarang kini menjadi alat tekan baru dalam konflik dagang. Tidak seperti tarif, pembatasan ini bisa menekan industri AS tanpa banyak merugikan ekonomi domestik China. Terlebih, negara-negara sekutu AS seperti Jepang dan Korea Selatan juga sangat tergantung pada pasokan dari China.
Sebelumnya, Presiden Xi Jinping sempat mengunjungi produsen magnet terbesar di negaranya pada puncak perang dagang tahun lalu. Hal ini menjadi sinyal logam tanah jarang memang diposisikan sebagai senjata strategis.
Sejak itu, Beijing juga telah membatasi ekspor gallium dan germanium, dua logam penting untuk semikonduktor.
AS sejauh ini belum menunjukkan tanda-tanda akan melunak. Departemen Pertahanan setempat menargetkan pembangunan rantai pasok logam strategis dalam negeri rampung pada 2027.
Tapi tantangan besar masih menghadang, dari minimnya insinyur, rendahnya cadangan alam, hingga skala industri yang belum memadai.
Jika situasi terus memanas, para analis memperkirakan China bisa memperluas pembatasan ke logam ringan seperti neodymium dan praseodymium, yang digunakan dalam berbagai barang konsumen seperti ponsel, motor listrik, hingga speaker. Dampaknya bisa lebih luas dan langsung ke pasar world.
“Kontrol China terhadap logam tanah jarang adalah peringatan keras agar AS tidak mendorong eskalasi lebih jauh,” ujar Neil Thomas dari Asia Society Coverage Institute.
“Tapi kalau ketegangan makin parah, China bisa benar-benar menyasar rantai pasok pertahanan AS,” imbuhnya lebih lanjut.
(dari/sfr)