Pemerintah Gelontorkan Rp40 M untuk Riset Jagung hingga Bawang Putih




Jakarta, CNN Indonesia

Pemerintah mengalokasikan dana sebesar Rp20 miliar hingga Rp40 miliar untuk mendukung program riset dan pengembangan komoditas pangan strategis.

Dana tersebut difokuskan untuk empat komoditas utama, jagung, kedelai, bawang putih, dan gandum, yang selama ini masih bergantung pada impor dan menjadi kebutuhan pokok masyarakat.

“Langsung saja kami sampaikan adalah sign up for riset dan pengembangan serta aplikasi. Jadi tidak hanya meriset, tapi juga dikembangkan dan pengaplikasian di lapangan,” ujar Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono dalam konferensi pers di Kementan, Jakarta Selatan, Rabu (28/5).

IKLAN

Gulir untuk melanjutkan konten

Ia menegaskan penelitian ini difokuskan pada peningkatan produksi dan penerapan hasil riset secara langsung di lapangan.



Sudaryono menjelaskan penelitian terhadap beberapa komoditas seperti gandum dan bawang putih telah dimulai sejak 1990-an.

Melalui program ini, katanya, pemerintah menargetkan penyelesaian dan implementasi riset tersebut secara terarah, agar produksi dalam negeri meningkat dan impor bisa ditekan secara bertahap.

Selain mendongkrak produksi komoditas pangan utama, Sudaryono mengatakan riset juga akan mencakup 12 komoditas perkebunan seperti kelapa, sawit, dan tebu. Namun, pendekatannya berbeda.

Bila jagung, kedelai, bawang putih, dan gandum difokuskan pada pengurangan impor, maka untuk komoditas perkebunan, pemerintah mengarahkan riset pada pengembangan hilirisasi agar produk tidak berhenti pada bentuk mentah.

“Kita ingin presiden keinginannya adalah komoditas ini yang kita sebagian besar masih impor ini bisa pelan-pelan kita kurangi impornya, menuju swasembada seperti yang beliau inginkan,” tambah Sudaryono.

Untuk memastikan keberlanjutan dan keberhasilan implementasi, dirinya menyebut pemerintah akan membentuk kelompok konsorsium riset atau flagship yang terdiri dari peneliti kampus, peneliti dari Kementan, serta pelaku industri.

Setiap kelompok akan menangani satu komoditas secara menyeluruh, dari proses awal penelitian hingga aplikasi dan standardisasi produk akhir.

“Jadi ini setiap misalnya komoditi bawang putih, ya ada satu kelompok grup yang isinya adalah peneliti dari kampus, dari Kementerian Pertanian, termasuk juga dari sisi industrinya akan kita menghubungkan-an,” jelasnya.

Langkah ini dilakukan untuk mempercepat akselerasi hasil riset agar tidak berhenti di laboratorium. Selama ini, kata Sudaryono, kendala utama bukan pada kualitas penelitian, melainkan pada ketidakterhubungan antara penelitian dan implementasi di lapangan.

“Kuncinya tidak di penelitiannya, tapi bagaimana implementasi, aplikasi dari penelitian itu,” tegasnya.

Adapun program riset ini dirancang sebagai kolaborasi lintas kementerian dan lembaga. Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Brian Yuliarto menyebut riset di perguruan tinggi yang selama ini telah berjalan akan dikonsolidasikan agar lebih fokus pada pencapaian kemandirian pangan.

“Kita akan anggarkan antara Rp20 sampai 40 miliar untuk general anggaran riset dan inovasinya,” ujarnya dalam kesempatan yang sama.

Ia menambahkan skema riset dirancang berjalan selama tiga tahun, dengan goal luaran tahunan seperti peningkatan kapasitas produksi consistent with hektare (ha).

Menurut Brian, riset ini tidak dimulai dari nol. Penelitian sebelumnya akan diarahkan dan disambungkan dengan proses standarisasi dan komersialisasi melalui koneksi dengan Kementan dan pihak industri.

Konsorsium juga akan memastikan aspek budidaya, teknologi pertanian, hingga alat dan mesin pertanian (alsintan) berjalan terintegrasi.

Dalam implementasinya, empat tim konsorsium akan bekerja secara simultan untuk setiap komoditas. Selain menyusun peta jalan riset jangka menengah, masing-masing tim juga langsung mengaplikasikan hasil riset di lapangan secara paralel dengan penelitian yang tetap berjalan.

Ke depan, fashion riset ini juga akan diterapkan pada sektor lain seperti semikonduktor dan kecerdasan buatan (AI).

[Gambas:Video CNN]

(dari/sfr)


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *