Bursa Saham Sejumlah Negara Asia Anjlok Pagi Ini Imbas Tarif Trump
Jakarta, CNN Indonesia –
Bursa saham di sejumlah negara Asia anjlok ketika dibuka pada Senin (7/4) pagi. Tren lemah ini terus berlanjut sejak Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, merilis tarif impor baru pekan lalu.
Diberitakan Saluran News Asiapembukaan indeks acuan Jepang Nikkei 225 masih merosot hingga 7,8 persen. Indeks yang melacak 225 perusahaan besar Jepang itu mencatat degree terendah sejak akhir 2023.
IKLAN
Gulir untuk melanjutkan konten
Indeks acuan Korea, Kospi, juga anjlok lebih dari 4,8 persen setelah dibuka. Perdagangan bahkan sempat dihentikan selama lima menit demi mencegah panic promoting.
Dikutip dari CNN, hal serupa terjadi di Taiwan ketika indeks Taiex meloyo hingga lebih dari 9,7 persen setelah pembukaan.
Catatan ini membuat pasar saham Asia mengalami periode terburuk dua hari untuk saham Wall Side road dalam lima tahun terakhir. Saham berjangka AS juga anjlok pada Minggu (6/4) malam setelah nilai pasar terhapus lebih dari US$5,4 triliun.
Prospek pertumbuhan world yang suram itu juga membuat harga minyak terus terdampak. Brent turun US$2,12 menjadi US$63,46 in line with barel, begitu pula dengan minyak mentah AS yang anjlok US$2,05 menjadi US$59,94 in line with barel.
Pasar saham yang masih loyo di Asia itu tidak lepas dari gejolak kebijakan tarif Presiden Donald Trump. Pemerintahan Trump tidak kunjung melunak usai menetapkan tarif tinggi bagi banyak negara, termasuk negara-negara Asia.
Padahal, sejumlah negara sudah mulai merespons kebijakan itu, seperti China yang mengumumkan tarif balasan. Pemerintahan China memberlakukan tarif tambahan sebesar 34 persen terhadap barang impor ke Amerika Serikat.
Langkah ini menandai eskalasi terbaru dalam ketegangan dagang antara dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia itu.
“Kami tidak mencari konflik, namun kami juga tidak takut menghadapinya. Tekanan dan ancaman bukanlah cara yang tepat untuk berinteraksi dengan China,” tegas Kementerian Luar Negeri China dalam pernyataan resminya dikutip CNNMinggu (6/4).
“Langkah AS berusaha menggulingkan tatanan ekonomi dan perdagangan internasional yang telah ada, dengan memprioritaskan kepentingan nasional AS di atas kepentingan bersama komunitas internasional,” kata Kementerian Luar Negeri China.
(FRL/DNA)