Sampai Kapan Harga Emas Terus Melesat, Apa Juga yang Harus Dilakukan?




Jakarta, CNN Indonesia

Harga emas melonjak hingga menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa dalam beberapa hari terakhir.

Harga jual emas PT Aneka Tambang (Persero) Tbk atau Antam mencetak rekor tertinggi dalam sejarah di degree Rp1,759 juta consistent with gram pada Rabu (19/3) kemarin. Harga kemarin memecahkan rekor tertinggi yang dicapai pada Selasa (18/3) di degree 1,745 juta consistent with gram.

Sejak pekan kemarin harga jual emas Antam cenderung naik. Harga emas Antam consistent with gram dijual seharga Rp1,693 juta pada Senin (10/3), lalu naik ke Rp1,679 consistent with gram sehari setelahnya.

IKLAN

Gulir untuk melanjutkan konten

Kemudian, harga emas Antam merangkak naik Rp3.000 ke degree Rp1,702 juta consistent with gram pada Rabu (12/3). Setelah itu, naik Rp12 ribu ke degree Rp1,714 juta consistent with gram pada Kamis (13/3).



Harga emas kemudian melonjak Rp28 ribu ke degree Rp1,742 juta consistent with gram pada Jumat (13/3). Namun, harga emas sempat turun Rp3.000 ke Rp1,739 juta consistent with gram pada Sabtu (15/3) kemarin.

Harga emas Antam lalu naik Rp2.000 ke degree Rp1,741 juta consistent with gram pada Senin (17/3). Lalu, harga emas Antam naik Rp4.000 ke degree Rp1,745 juta consistent with gram pada Selasa (18/3) ini dan melonjak ke Rp1,759 juta consistent with gram Rabu (19/3) kemarin.

Kenaikan harga emas Antam sejalan dengan kenaikan harga emas internasional.

Mengutip Reuters, harga emas dunia di pasar spot tembus US$3.012 consistent with ons pada Selasa (18/3). Kenaikan ke rekor ini dipicu kebijakan tarif yang dilancarkan Presiden AS Donald Trump.

Kebijakan tarif Trump memicu ketegangan perdagangan sehingga mendorong investor beralih ke aset aman, termasuk emas.

“Emas bergerak naik karena dolar yang lebih lemah dan ketidakpastian tarif yang terus berlanjut… Dengan harga emas yang mencapai degree rekor, banyak pembelian berbasis teknikal dan grafik yang mulai masuk karena tidak ada hambatan yang terlihat pada grafik,” kata analis Marex, Edward Meir.

Kondisi emas berbanding terbalik dengan pasar saham yang anjlok. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok parah pada Selasa (18/3) siang consistent with pukul 11.49 WIB. Indeks saham terperosok 420,97 poin atau minus 6,58 persen ke degree 6.046.

Kondisi ini memicu penghentian sementara perdagangan (buying and selling halt) di bursa saham untuk meredam volatilitas pasar.

Lantas, apa yang membuat harga saham melonjak? Apa pula yang harus dilakukan investor emas?

Analis Mata Uang Doo Monetary Futures Lukman Leong mengatakan lonjakan harga emas terjadi karena pasar khawatir akan kebijakan tarif yang dilancarkan Presiden AS Donald Trump.

Kebijakan tarif Trump terhadap sejumlah negara seperti China, Meksiko, dan Kanada dapat menciptakan distorsi dalam perdagangan world.

“Tentunya kebijakan tarif Trump bisa menyebabkan pelemahan ekonomi world dan khususnya AS berpotensi resesi,” katanya kepada CNNIndonesia.com, Rabu (19/3).

Potensi pelemahan ekonomi world dapat mendorong investor untuk beralih dari aset berisiko seperti saham ke emas. Emas dianggap sebagai aset yang aman (Secure Haven) ketika terjadi ketidakpastian ekonomi atau gejolak pasar karena nilainya lebih stabil.

Makanya sepanjang kondisi ekonomi masih seperti sekarang ini, peluang harga emas untuk melanjutkan penguatan akan terus terjadi.

Berisiko mati sentimen membawa investor menghindari aset berisiko dan ke Secure Haven,” kata Lukman.

Lukman mengatakan di tengah kenaikan emas, investor memang seharusnya mengambil untung dengan menjual emas. Namun emas yang dijual sebaiknya maksimal 30 persen persen dan kembali membelinya ketika terkoreksi.

“Tapi perlu untuk membeli kembali saat rapat umum berlanjut tanpa koreksi yang signifikan,” katanya.

Senada, Pakar Kebijakan Publik dan Ekonom UPN Veteran Jakarta Achmad Nur Hidayat mengatakan ketidakpastian ekonomi mendorong investor beralih ke emas sebagai Secure Haven.

[Gambas:Video CNN]

“Ketika pasar saham bergejolak, emas menjadi pelarian utama karena dianggap stabil dalam menjaga nilai aset,” katanya.

Tak hanya itu, Achmad mengatakan kebijakan moneter longgar (suku bunga rendah) di tingkat world juga membuat emas semakin menarik.

Ketika suku bunga diturunkan, imbal hasil dari aset yang menghasilkan bunga seperti obligasi ,juga menjadi lebih rendah. Ini membuat emas lebih menarik.

Meskipun emas tidak menghasilkan bunga, investor lebih memilihnya ketika alternatif investasi lainnya seperti obligasi memberikan imbal hasil yang rendah.

“Biaya oportunitas memegang emas turun ketika instrumen berbunga seperti obligasi memberikan imbal hasil minim,” katanya.

Begitu juga, Kepala Pusat Industri, Perdagangan, dan Investasi INDEF Andry Satrio Nugroho mengatakan ketika emas naik, sudah dipastikan instrumen investasi seperti saham, reksadana, sedang mengalami penurunan. Penyebabnya adalah ketidakpastian world dan domestik.

“Emas ini adalah instrumen investasi yang digemari masyarakat ketika instrumen investasi lain tidak menawarkan kepastian go back,” katanya.

Andry mengatakan peluang untuk mengambil keuntungan di tengah lonjakan harga emas tergantung pada tujuan investasi masing-masing investor.

Jika niatnya memang jangka pendek untuk profit-taking, harga emas saat ini sebenarnya sudah cukup tinggi dan bisa jadi momentum yang bagus untuk mendapatkan keuntungan.

“Masyarakat sebenarnya silahkan saja membeli tapi perlu diingat nilainya saat ini sedang tinggi. Saran saya pembelian secara bertahap atau averaging bisa dilakukan,” katanya.

(AGT)


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *