Profil Ray Dalio, Loopy Wealthy yang Duduk Sebelah Prabowo di Istana




Jakarta, CNN Indonesia

Pengusaha Raymond Thomas Dalio atau Ray Galio duduk di samping Presiden Prabowo Subianto ketika menerima pertemuan dengan sejumlah konglomerat Indonesia di Istana Negara, Jumat (7/3) siang.

Taipan berharta Rp228 triliun itu mengenakan baju batik cokelat dalam momen pertemuan ini tersebut.

Prabowo menganggap Ray Dalio merupakan teman baiknya dan berharap bisa menjadi teman baik bagi Indonesia. Terlebih, Ray Dalio memiliki pengalaman yang luas di bidang ekonomi di kawasan Asia, di Timur Tengah dan di dunia.

IKLAN

Gulir untuk melanjutkan konten

“Kami sangat beruntung dengan anda hadir di sini sebagai seorang sahabat, dan kami selalu ingin Anda untuk bisa berinteraksi dengan anda,” ujar Prabowo.



Lalu, siapa Ray Dalio?

Ray Dalio merupakan pengusaha asal Amerika Serikat di bidang investasi. Dia bergelut di dunia hedge fund atau dana lindung nilai international.

Mengutip berbagai sumber, Ray Dalio lahir pada 8 Agustus 1949 di New York. Ayahnya seorang musisi jazz bernama Marino Dallolio. Sementara ibunya, Ann Dallolio, adalah seorang ibu rumah tangga.

Karena latar belakang keluarga yang biasa saja itu, Ray Dalio pernah bekerja serabutan di masa kecilnya. Ia pernah memotong rumput hingga menyekop salju demi mendapatkan uang jajan tambahan.

Pada usia 12 tahun, dia menjadi caddy (pramugolf) yang membawakan tas peralatan permain golfing di The Hyperlinks Golfing Membership. Pekerjaan inilah yang membuka jalannya menuju kesuksesan.

Pasalnya, ia pernah menjadi caddy bagi George Leib dan Donald Stott, dua pria yang memiliki koneksi dengan Wall Side road. Dari keduanya, Ray Dalio remaja belajar soal investasi dan bagaimana cara membangun koneksi.

Setelah yakin memiliki ilmu berinvestasi, ia kemudian menyisihkan penghasilannyaselama menjadi caddy US$300 untuk membeli saham Northeast Airways. Beruntung, harga saham yang dibelinya meningkat tiga kali lipat.

Ray Dalio kemudian melanjutkan kuliah dengan mengambil jurusan keuangan dan lulus pada 1971. Setelah itu, ia melanjutkan studinya ke Harvard Industry Schold dan meraih gelar MBA pada 1973.

Lulus kuliah, ia sempat bekerja. Namun, karirnya tak bertahan lama karena ia memilih untuk mendirikan Bridgewater Pals di dua kamar tidur apartemennya di New York.

Awalnya, perusahaan itu memperdagangkan komoditas. Namun, gagal. Kendati, Ray Dalio kemudian menggunakan nama Bridgewater untuk memulai usaha baru di bidang hedge fund pada 1975.

Melalui bisnis barunya, Ray Dalio membantu investor dengan memberikan mereka cara mengelola investasi mereka secara aktif di pasar komoditas dan berjangka.

Ia membagikan pemikirannya soal investasi ke dalam riset harian bernama Bridgewater Day-to-day Observations yang menarik bagi investor.

Ray Dalio dan Bridgewater makin terkenal di luar Wall Side road setelah mendapat untung dari gejolak pasar saham yang terjadi pada 1987. Resep utama yang dipakai adalah fokus pada diversifikasi dan manajemen risiko.

Beberapa klien besar yang dipegang Bridgewater di antaranya California Public Workers’ Retirement Device (CalPERS) senilai US$196 miliar, Pennsylvania State Workers’ Retirement Device (Penn SERS atau SERS) senilai US$27 miliar, Nationwide Australia Financial institution Ltd yang berbasis di Melbourne dan dana pensiun United Applied sciences Corp yang berbasis di Hartford, Connecticut.

Ray Dalio melepaskan kursi CEO Bridgewater Pals pada 2017 dan menyerahkan mayoritas kontrol ke dewan perusahaan. Consistent with 2023, overall aset yang dikelola perusahaan berkisar US$125 miliar.

Sementara, berdasarkan catatan Forbes, consistent with 7 Maret 2025, Dalio memiliki harta mencapai US$14 miliar atau sekitar Rp228 triliun (asumsi kurs Rp16.294 consistent with dolar AS). Tumpukan hartanya itu menjadikan Ray Dalio sebagai orang terkaya ke-163 di dunia.

[Gambas:Video CNN]

(SFR/PTA)


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *