Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,05 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II 2024.

Menerawang Kesaktian Tim Ekonomi Prabowo, Bisa Bawa Ekonomi Terbang?



Jakarta, CNN Indonesia

Presiden terpilih Prabowo Subianto memanggil ratusan sosok yang akan menjadi menteri dan wakil menteri di masa pemerintahannya. Mereka yang hadir ada wajah baru dan lama.

Untuk posisi menteri ekonomi sendiri, mayoritas yang diundang Prabowo ke kediamannya adalah wajah lama yang saat ini membantu Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengelola perekonomian negara.

Wajah lama itu adalah Sri Mulyani, Zulkifli Hasan, Bahlil Lahadalia, Andi Amran Sulaiman, Agus Gumiwang, Airlangga Hartarto, Erick Thohir, Rosan Roeslani, Sakti Wahyu Trenggono, dan Agus Harimurti Yudhoyono.

IKLAN

GULIR UNTUK MELANJUTKAN ISI

Usai berbincang dengan Prabowo, Sri Mulyani mengakui terang-terangan diminta kembali mengelola keuangan negara di pemerintahan yang baru.

“Beliau minta saya untuk jadi menkeu kembali,” kata Sri Mulyani, Senin (14/10).

Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan mengakui diminta Prabowo agar membantu tugas di pemerintahannya nanti. Namun, ia tak menyebutkan spesifik kementerian yang akan dipimpin.

Ia hanya menyebutkan akan ditugaskan untuk menjaga pangan agar cita-cita swasembada bisa terwujud.

“Paling tidak Pak Prabowo kan sudah lama ini ingin kita tidak punya waktu yang panjang, waktunya pendek kan agar kita bisa swasembada pangan, agar kita bisa menjadi negara maju sekurang-kurangnya 2045,” kata Zulhas sapaannya.

Begitu juga dengan Bahlil yang terangan-terangan menyatakan terpilih kembali menjadi menteri. Meski tak mengatakan element kementerian yang akan dipimpin, namun ia memastikan masih seputar dengan yang ia kerjakan saat ini.

“Ya tidak jauh-jauh dari apa yang sudah saya lakukan selama hampir 5 tahun ini,” kata Menteri ESDM Jokowi tersebut.

Lalu bagaimanakah masa depan perekonomian Indonesia di bawah kepemimpinan calon menteri ini?

Analis Senior Indonesia Strategic and Financial Motion Establishment Ronny P Sasmita mengaku pesimistis perekonomian Indonesia bisa lebih baik dari saat ini jika melihat mayoritas yang akan menduduki posisi menteri adalah wajah-wajah lama.

Apalagi, selama menjabat di pemerintahan saat ini tidak ada terobosan baru yang menonjol dari para pejabat itu.

Padahal, Prabowo mengharapkan perekonomian yang hanya mentok di stage 5 persen selama satu dekade kepemimpinan Jokowi, bisa terbang ke 8 persen di masa pemerintahannya.

“Dilihat dari personilnya, saya agak ragu akan mendapatkan pertumbuhan tinggi, karena sebagaimana kita ketahui, observe file mereka dalam lima tahun ke belakang tak ada yang menonjol,” ujarnya kepada CNNIndonesia.com.

Menurut Ronny, dari nama-nama yang dipanggil sebagai calon menteri, yang paling menonjol hanya Sri Mulyani. Namun, bendahara negara itu mengelola keuangan negara atau bagian dari fiskal dan tidak terlalu besar kontribusi ke pertumbuhan ekonomi.

“Mungkin Sri Mulyani (menonjol), tapi tak terlalu terkait dengan ambisi pertumbuhan tinggi, karena tupoksinya mentok pada fiskal saja, menjaga agar fiskal Indonesia sehat dan dijaga secara makroprudensial,” imbuhnya.

Ronny menyebutkan kendala pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat banyak, mulai dari faktor struktural, regulasi, korupsi, oligarki, SDM, dan sumber-sumber pertumbuhan yang tidak berkembang, karena dikuasai oleh segelintir pihak.

Oleh sebab itu, maka kementerian lainnya yang harusnya mengatasi dan mendorong perekonomian agar bisa lebih tinggi, tapi menterinya tidak memiliki observe file yang menonjol. Sehingga cita-cita bisa mencapai pertumbuhan 8 persen akan sulit untuk dicapai.

“Yang menentukan justru yang lain, seperti Airlangga, Bahlil, Zulhas, menteri perindustrian, menteri ketenagakerjaan, menteri pendidikan, menteri kesehatan, dan sejenisnya. Mereka lah yang akan menjadi tulang punggung penyiapan Indonesia maju. Namun sayangnya, rekam jejak-nya kurang bagus dan latar visi ekonomi mereka tidak terlalu menonjol,” terangnya.

Bersambung ke halaman berikutnya…

Kendati demikian, Ronny menilai masih ada peluang untuk mencapai perekonomian 8 persen, yakni visi kuat dari Prabowo dan ketegasannya.

“Jika visi ekonomi Prabowo ini bisa disalurkan dan ditularkan kepada para menterinya, saya kira, semuanya bisa membaik. Akan sangat tergantung kepada presidennya,” kata dia.

Selain itu, angka pertumbuhan 8 persen nanti bisa dicapai atau tidak sangat bergantung pada kualitas belanja pemerintahan, terutama belanja pembangunan yang produktif. Di sisi lain juga tergantung kepada efektifitas menteri-menteri serta birokrasi dalam mengimplementasikannya.

“Selain itu, peran swasta juga sangat menentukan. Jika intervensi pemerintah justru menekan peran swasta dan meningkatkan oligarki, maka biaya investasi akan semakin mahal (ICOR) dan pemerataan akan semakin sulit dicapai. Imbasnya kue ekonomi justru akan mengerucut ke tangan segelintir elit ekonomi dan politik, peluang-peluang ekonomi akan menyempit bagi pelaku pasar, yang berisiko menekan angka pertumbuhan,” jelas Ronny.

Perlu Terobosan Baru

Senada, Peneliti Heart of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet meragukan para wajah lama ini bisa mendorong perekonomian tumbuh 8 persen. Kecuali ada terobosan baru yang akan diambil.

Sebab, Rendy menilai apabila melihat di masa kepemimpinan Jokowi saat ini, banyak dari para calon menteri tersebut tidak mencapai goal yang ditetapkan.

“Dengan wajah-wajah lama ini dalam tim perekonomian, saya kira kita berharap kebijakan yang akan diambil, merupakan kebijakan yang baru dan bersifat inovatif. Hal ini karena kita paham bersama beberapa nama yang disebutkan, sebelumnya sudah pernah menjabat dan dalam masa kepemimpinan mereka beberapa hal dari goal yang berkaitan dengan perekonomian itu belum tercapai secara maksimal,” ungkap Rendy.

Ia mencontohkan, misalnya untuk goal rasio pajak yang dalam beberapa tahun terakhir memang belum mengalami peningkatan ke stage yang lebih tinggi. Padahal kebutuhan belanja dalam 5-10 tahun ke belakang itu mengalami peningkatan.

[Gambas:Photo CNN]

Begitu juga dengan dalam 5 tahun ke depan yang diperkirakan kebutuhan belanjanya akan meningkat tajam. Sehingga terobosan baru dalam mendorong penerimaan negara lebih tinggi sangat diperlukan.

“Di saat yang bersamaan, kita tahu kalau di 5 tahun mendatang kepemimpinan Prabowo, kebutuhan belanja juga akan semakin meningkat di tengah adanya program baru yang membutuhkan dana yang tidak sedikit, seperti, misalnya program akan bergizi free of charge. Jadi dalam konteks Kementerian Keuangan saya kira kita berharap akan ada upaya-upaya lanjutan untuk meningkatkan rasio pajak sebagai salah satu sumber pendanaan utama APBN,” kata Rendy.

Contoh lainnya, adalah gejala deindustrialisasi dini yang juga diharapkan mempunyai solusi yang baru dan pendekatan yang lebih solutif dibandingkan sebelumnya. Karena masalah prematur di industrialisasi adalah permasalahan yang sifatnya membutuhkan kebijakan lintas kementerian.

“Saya kira dalam 5 tahun sampai 10 tahun ke belakang masalah ini belum terselesaikan, maka sekarang dengan wajah lama yang kemudian diusulkan, kita berharap masalah ini bisa terselesaikan setidaknya secara bertahap sehingga harapan untuk mengejar goal pertumbuhan perekonomian 8 persen seperti yang dijalankan sebelumnya itu bisa tidaknya tetap terjaga peluangnya sampai dengan 5 tahun ke depan,” pungkas Rendy.

[Gambas:Video CNN]



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *