Krisis Makin Parah, Boeing Harus Utang Rp155 T Demi Bayar Cicilan
Jakarta, CNN Indonesia —
Boeing harus mencari utang baru US$10 miliar atau Rp155 triliun (asumsi kurs Rp15.533 according to dolar AS) demi menambal kas keuangan dan membayar sejumlah cicilan.
Krisis keuangan yang menimpa Boeing semakin parah. Mereka berencana mengumpulkan US$25 miliar alias Rp388 triliun, salah satunya melalui utang baru senilai Rp155 triliun.
Sedangkan sisanya akan dicari dengan menjual saham perusahaan. Rencana mencari utang Rp155 triliun baru saja diumumkan Boeing pada Selasa (15/10), di mana mereka bakal mencoba peruntungan ke bank-bank besar.
Gelontoran dana segar tersebut perlu dikumpulkan oleh perusahaan pesawat AS itu untuk mengisi kas mereka. Di lain sisi, CNN melaporkan cicilan utang jangka panjang Boeing makin bengkak.
“Naik menjadi US$53 miliar (Rp823 triliun) pada akhir Juni (2024), dari US$10,7 miliar (Rp166 triliun) pada akhir Maret 2019,” tulis laporan tersebut, dikutip Rabu (16/10).
Salah satu biang kerok bengkaknya utang Boeing adalah kecelakaan deadly dari pesawat yang mereka produksi, yakni 737 Max. Ini membuat pesawat terlaris milik Boeing dilarang terbang selama 20 bulan lamanya.
Perusahaan asal Negeri Paman Sam itu akhirnya mengakui dosa atas dua kecelakaan maut 737 Max, yakni kasus Lion Air di Indonesia pada 2018 dan Ethiopian Airways di Ethiopia pada 2019. Kecelakaan maut tersebut menelan korban jiwa hingga 346 orang.
Di lain sisi, para karyawan Boeing melakukan mogok kerja. Aksi tersebut melumpuhkan sejumlah kegiatan Boeing dan menambah masalah operasional serta keselamatan perusahaan.
Upaya Boeing mencari utang baru juga terancam. Peringkat kredit mereka terus memburuk, di mana berpotensi meningkatkan biaya pinjaman.
Meski begitu, Boeing disebut-sebut masih memiliki keuntungan dari pangsa pasarnya. Ia hanya bersaing dengan pabrikan pesawat dari Eropa, yakni Airbus, dalam pasar duopoli.
Dua perusahaan itu sama-sama punya tumpukan pesanan dalam beberapa tahun mendatang. Namun, Airbus tak memiliki kapasitas untuk menerima pesanan sekelas Boeing.
Keunggulan tersebut dianggap akan membantu mereka mencari suntikan dana segar. Boeing diyakini masih mampu menjual saham dan obligasi di Wall Side road.
(skt/agt)