Wang Ning, Taipan di Balik ‘Pop Mart’ yang Sukses Bawa Labubu Mendunia
Jakarta, CNN Indonesia —
Wang Ning adalah konglomerat muda China yang sukses membesarkan perusahaan mainan di kotak misterius, Pop Mart. Toko itu menjadi populer beberapa waktu terakhir setelah demam boneka kelinci Labu melanda Indonesia.
Berdasarkan catatan Majalah Forbesoverall kekayaan Wang mencapai US$4,2 miliar atau sekitar Rp63,35 triliun in keeping with Jumat (20/9). Pundi-pundi hartanya itu membuatnya masuk ke jajaran orang terkaya di dunia dan menduduki peringkat-817.
Wang lahir di Provinsi Henan, China pada 1987. Informasi mengenai orang tua maupun masa kecilnya masih menjadi misteri.
Dilansir SCMPpada 2009, Wang meraih gelar sarjana periklanan dari Universitas Zhengzhou, China. Lepas lulus, ia bekerja di perusahaan media virtual Sina, anak usaha Weibo.
Namun, ia hanya betah setahun. Pasalnya, Wang ingin memiliki perusahaan sendiri dengan melahirkan Pop Mart pada 2010.
Keputusan menjadi pengusaha diambil setelah Wang melakukan perjalanan ke Hong Kong. Dalam perjalanan itu, ia terinspirasi saat meliat jaringan ritel Hong Kong yang menjual berbagai macam produk yang sedang tren dan memutuskan untuk membawa konsep yang sama ke China.
Gerai pertama Pop Mart berada di house ‘Silicon Valley’ China, Zhongguancun, Beijing. Awalnya, Wang menghadapi banyak masalah mulai dari manajemen inventori hingga layanan pelanggan. Maklum, kala itu Wang masih mencari-cari produk yang cocok dengan menjual berbagai macam barang.
Angin segar untuk bisnisnya mulai berhembus pada 2014. Saat mendaftar di Sekolah Manajemen Guanghua Universitas Peking, Wang bertemu dengan sekelompok teman sekelas yang berpikiran sama dengannya. Ia pun mengajak mereka untuk bergabung ke manajemen perusahaannya.
Wang Ning adalah konglomerat muda China yang sukses membesarkan perusahaan mainan ‘misterius’, Pop Mart. (Tangkapan Layar Instagram @popmartglobal by way of CNBC Indonesia).
|
Pada tahun yang sama, Wang mulai mengurangi lini produk yang dijual Pop Mart. Ia memilih untuk fokus pada mainan karakter yang dijual pada kotak misteri (kotak buta) seperti yang dilakukan mesin penjual kapsul gashapon di Jepang.
Wang lantas berpikir untuk menggandeng sejumlah seniman guna mengembangkan karakter boneka yang ada di dalam kotak misteri tersebut. Keputusan itu tepat.
Salah satu yang paling terkenal adalah seniman Hong Kong, Kenny Wong, yang menciptakan karakter wanita berwajah bulat dan bermata besar bernama Molly. Hingga kini, karakter itu dicintai oleh jutaan generasi muda China.
Berdasarkan catatan SCMP, kolaborasi keduanya pada 2016 membuat penjualan Pop Mart melesat dari US$22 juta pada 2017 menjadi US$73 juta pada 2018. Pada penjualan Hari Lajang 2019, Pop Mart sukses meraup penjualan US$22 juta dalam sehari.
Selain itu, ada pula karakter Labubu ciptaan Kasing Lung. Monster mirip kelinci lucu ini diciptakan Lung pada 2015. Pop Mart dan Lung menandatangani perjanjian lisensi ekslusif Labubu pada 2019.
Popularitas Labubu meroket setelah Lisa, anggota girlband Korea Selatan Blackpink, menggunakannya sebagai gantungan kunci. Bahkan, orang rela antre dari pagi demi mendapatkan edisi terbatas mainan monster kelinci itu saat pembukaan gerai pertama Pop Mart di Indonesia akhir pekan lalu.
Saat pandemi covid-19 melanda, Pop Mart sukses melaluinya. Wang mengarahkan perusahaan untuk mengalihkan penjualan dari gerai fisik ke perdagangan elektroniktermasuk melalui platform milik perusahaan Paqu dan situs belanja Tmall.
Wang juga sukses membawa Pop Mart melantai di bursa saham pada 2020. Sebelum IPO, pendapatan perusahaan sudah menembus US$256,8 juta dan bekerja sama dengan Walt Disney dan Common Studios.
Pop Mart telah menjadi raksasa mainan di China dengan menguasai pangsa pasar lebih dari 10 persen.
Perusahaan milik taipan berusia 37 tahun ini sudah menggandeng puluhan seniman untuk menciptakan beragam produk karakter eksklusif termasuk Dimoo, Pucky, hingga Cranium Panda.
Saat ini, lebih dari 450 gerai dan ribuan mesin penjual mainan otomatis (robo-shop) Pop Mart tersebar di 30 negara.
(pertengahan)