RI Alami Deflasi, Bagaimana Negara ASEAN Lain?
Daftar Isi
Jakarta, CNN Indonesia —
Indonesia mengalami deflasi selama empat bulan berturut-turut sepanjang tahun 2024.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat fenomena ini dimulai sejak Mei 2024 sebesar 0,03 persen (month to month/mtm). Kemudian di Juni 2024 ke degree 0,08 persen dan di Juli 2024 menembus 0,18 persen.
Lalu, pada Agustus sebesar sebesar 0,03 persen. Sedangkan secara tahunan (12 months on 12 months/yoy) mencatatkan inflasi 2,12 persen.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan Indonesia sering berada di fase tersebut. Setidaknya ada tiga waktu berbeda di mana fenomena deflasi selama beberapa bulan beruntun melanda ekonomi Indonesia dan semua berkaitan dengan krisis.
Tiga waktu Indonesia mengalami deflasi yakni pada masa krisis moneter (krismon) 1998, krisis ekonomi international 2008, dan saat pandemi covid-19 menyerang.
Lantas bagaimana perbandingan kondisi inflasi di Indonesia dengan negara ASEAN lainnya?
Malaysia
Melansir Ekonomi PerdaganganMalaysia mengalami inflasi 0,10 persen (mtm) pada Juli 2024. Sedangkan secara tahunan, inflasi Malaysia tercatat sebesar 2 persen.
Inflasi Malaysia secara tahunan tersebut lebih rendah dari dari ekspektasi pasar sebesar 2,1 persen. Inflasi didorong oleh harga makanan yang meningkat 1,6 persen.
Kemudian, minuman beralkohol dan tembakau (0,9 persen), perumahan (3,2 persen), pemeliharaan rumah tangga (0,9 persen), kesehatan (1,9 persen), transportasi (1,2 persen), komunikasi (0,5 persen), rekreasi (2,2 persen), pendidikan (1,7 persen), dan aneka barang dan jasa (3,2 persen).
Sementara itu pada saat yang sama harga pakaian turun 0,2 persen.
2. Singapura
Singapura tercatat mengalami deflasi secara bulanan sebesar 0,3 persen pada Juli 2024. Sedangkan secara tahunan Singapura mengalami inflasi 2,4 persen secara tahunan.
Inflasi Singapura secara tahunan lebih rendah dari perkiraan sebesar 2,5 persen. Inflasi didorong oleh kenaikan harga pangan sebesar 2,7 persen, biaya perumahan dan utilisasi (3,7 persen), transportasi (1,4 persen), layanan kesehatan (3,9 persen), rekreasi dan budaya (3,1 persen), pendidikan (3,3 persen), dan aneka barang dan jasa (0,8 persen).
Pada saat yang sama, harga pakaian turun 1,5 persen.
3. Thailand
Thailand mengalami deflasi 0,31 persen (mtm) pada Juni 2024. Sedangkan secara tahunan, inflasiĀ Thailand tercatat sebesar 0,83 persen pada Juli 2024.
Inflasi Thailand secara tahunan tersebut lebih rendah dari dari ekspektasi pasar sebesar 2,1 persen. Inflasi didorong oleh harga makanan yang meningkat 1,6 persen.
Inflasi melampaui ekspektasi pasar sebesar 0,70 persen, tetapi tetap di bawah kisaran goal financial institution sentral sebesar 1 persen hingga 3 persen. Kenaikan inflasi didorong oleh kenaikan harga makanan dan minuman non-alkohol sebesar 1,27 persen, khususnya harga sayur-sayuran dan buah-buahan sebesar 4,24 persen.
Sebaliknya, harga produk non-makanan melambat menjadi 0,5 persen karena moderatnya biaya transportasi menjadi 2,01 persen dan deflasi pada sektor perumahan sebesar 0,85 persen.
(fby/pta)