Lucio Tan, eks Tukang Pel Pabrik Rokok Menjelma Jadi Taipan Rp42,05 T
Jakarta, CNN Indonesia —
Perputaran roda hidup tidak seorang pun bisa tahu. Begitu juga mungkin yang terjadi pada Lucio Tan.
Pernah hidup sengsara di masa belianya, kini ia justru menjelma menjadi hartawan. Mengutip Forbes, overall harta kekayaan Lucio Tan kini tembus US$2,6 miliar.
Jika dirupiahkan dengan kurs Rp16.175 consistent with dolar AS, kekayaan itu tembus Rp42,05 triliun.
Lalu siapa sebenarnya Lucio Tan dan bagaimana dia bisa menjelma menjadi seorang hartawan?
Mengutip berbagai sumber, merupakan pengusaha sukses dari Filipina. Ia lahir di Fukien, China pada 17 Juli 1934 lalu.
Meskipun sukses, masa lalu Lucio Tan cukup berliku. Maklum, ia berasal dari keluarga yang kurang mampu. Karena kondisi kehidupannya tersebut, ia harus prihatin.
Saat kecil misalnya, ia harus sekolah tanpa alas kaki alias sepatu. Tak hanya itu, demi menyambung hidup, dia harus bersekolah sambil bekerja sebagai buruh di pelabuhan.
Meskipun demikian, kondisi itu tak mematahkan semangatnya. Dia tetap bersekolah dan bersekolah. Ia bahkan berhasil meraih gelar sarjana teknik kimia di sebuah kampus ternama di Manila.
Memang gelar itu ia raih dengan kisah berliku. Pasalnya, sembari kuliah, ia harus bekerja membanting tulang menjadi petugas kebersihan dan pengepel lantai di sebuah pabrik tembakau.
Tapi, siapa sangka kerja kerasnya sebagai tukang pel di pabrik itu kemudian membawanya ke puncak kesuksesan. Cerita kesuksesan itu dimulai setelah ia dipromosikan atau dinaikkan jabatannya dari petugas kebersihan pabrik menjadi menjadi juru masak tembakau.
Di situ, ia menjadi pengatur bauran produk tembakau. Di situlah ia kemudian belajar banyak mengenai produk tembakau. Sukses belajar, ia kemudian banting setir menjadi pedagang tembakau di Ilocos.
Inilah cikal bakal kerajaan tembakaunya. Melalui pemerintahan ini, pada tahun 1966, ia mendirikan Fortune Tobacco Corp.
Angin segar dari Ferdinand Marcos
Kerajaan bisnis Tan ini sukses besar. Hanya dalam waktu kurang dari 15 tahun, perusahaan menjadi produsen rokok terbesar di Filipina.
Banyak yang menduga, kesuksesan ini tak lepas dari kedekatan Tan dengan Ferdinand Marcos, mendiang penguasa diktaktor Filipina kala itu. Berkat campur tangan Marcos, perusahaannya mendapatkan berbagai fasilitas ‘mewah’ dari negara, salah satunya keringanan pajak.
Tak hanya itu, berkat Marcos, Tan juga berhasil mendapatkan ‘hak’ monopoli untuk mendominasi industri tembakau di Filipina.
Karpet merah itu sendiri diduga diberikan Marcos ke Tan tidak secara free of charge. Karpet ia berikan terkait sumbangan dana kampanye yang diberikan Tan kepadanya.
Mengumpulkan Los Angeles TimesTan menggelontorkan dana hingga US$11 juta untuk kegiatan kampanye Marcos. Berkat sumbangan itu, Tan tak hanya mendapatkan keringanan pajak dan hak monopoli industri tembakau di Filipina dari Marcos.
Sumbangan itu juga diduga memuluskan jalan bisnis Tan. Bisnisnya membesar. Pada 1977 misalnya, ia memperlebar sayap bisnisnya ke sektor perbankan dengan mengakuisisi Basic Financial institution and Accept as true with Co. dari pemerintah Filipina hanya dengan harga 500 ribu peso.
Financial institution tersebut kemudian berganti nama menjadi Allied Financial institution. Setelah sukses di sektor perbankan, sekitar lima tahun kemudian, Tan melanjutkan petualangan bisnisnya ke industri pembuatan bir dengan mendirikan Asia Brewery, Inc.
Asia Brewery menjadi satu-satunya tempat pembuatan bir yang diizinkan bersaing dengan San Miguel Corp.
Tan terus melaju dan mengembangkan gurita bisnisnya ke banyak sektor. Ia masuk ke bisnis penerbangan dengan menguasai maskapai Philippine Airways dan menjadi ketua serta CEO perusahaan itu pada 1995.
Ia juga mengakuisisi Tanduay Holdings, Philippine Nationwide Financial institution, Eton Houses, dan College of the East. Pada 2012, ia kemudian mengkonsolidasikan bisnis utamanya di bawah satu konglomerasi bernama LT Team, Inc.
Namun, tuduhan keterkaitan dan karpet merah dari Marcos itu dibantah oleh Tan dalam sebuah wawancara dengan Los Angeles Times.
“Aset kehidupan yang sebenarnya tidak terlihat adalah aset nyata yang berasal dari ide dan pengetahuan,” katanya.
Menyumbangkan
Terlepas dari banyaknya kekayaan dan kontroversi, Tan dikenal cukup dermawan. Ia tidak pernah lupa untuk memberikan kontribusinya kepada masyarakat.
Pada awal 1986 misalnya, Tan dan saudara-saudaranya mendirikan yayasan bernama Tan Yan Kee Basis, Inc. (TYKFI).
Nama tersebut diberikan untuk menghormati ayah mereka Tan Yan Kee.
Perusahaan di bawah LT Team dan perusahaan lain yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh keluarga Tan juga melaksanakan berbagai macam kegiatan sosial lain di bawah yayasan tersebut.
“Saya bersyukur bahwa dengan upaya kecil ini, kami membantu mempersempit kesenjangan antara kurangnya pengetahuan dan pendidikan yang baik; antara kurangnya perawatan medis hingga akses terhadap peralatan dan layanan kesehatan yang lebih baik; antara dunia yang membusuk dan lingkungan yang lebih sehat, kita dapat mewariskannya kepada generasi berikutnya,” kata Tan.
(bahasa Inggris)